Ia perhatikan
rintik-rintik kecil itu yang jatuh dari atap setasiun. Pagi-pagi sekali Nur sudah ada di setasiun. Setasiun itu seperti
sebuah penantian atau rindu Ia selalu menunggu kereta pagi dari Kotabumi dimana
Suaminya pergi ke Kota itu untuk sebuah
pekerjaan. Sudah dua bulan ini Nur
merasakan rindu yang teramat parah. Semenjak pernikahanya enam bulan yang lalu suaminya selalu memberikan perhatian
dan kasih sayangnya kepada Nur melebihi yang Ia harapkan. Hal itulah yang
sangat Ia rindukan, tapi
kenapa Ia kini pergi meninggalkanya hanya untuk
sebuah pekerjaan ?
Semenjak
kepergian suaminya Nur tak pernah menelpon atau berkirim pesan
singkat begitu pula dengan suaminya perihal ini sudah dijanji keduanya tak akan
menghubungi lewat telpon.
Hari semakin sore Nur masih saja menunggu
kepulangan suaminya entah apa yang dirasakan wanita itu memang kalau sedang
rindu dengan suaminya ketika kerinduanya datang Ia akan lebih lama menunggu di setasiun
duduk melamun di ruang tunggu pegawai setasiun pun sudah hafal denganya.
***
Hari ini adalah hari
minggu Nur pagi-pagi sekali sudah ada di setasiun untuk menjemput suaminya
sebab suaminya pernah berjanji akan pulang pada hari minggu pagi setelah
peroyek kerjaanya selesai. Ia sudah tak sabar ingin perjumpa dengan suaminya.Setelah
kereta Pagi datang dan orang-orang turun dari gerbong Ia memperhatikan dari
pintu keluar tak dilihat
suaminya. Sampai kereta berlalu suaminya pun tak datang juga.
Dengan wajah sendu Nur pun berjalan
pulang. Rumanya memang tak jauh dari setasiun. Sesampainya dirumah Ia akan menandai
kalender berwarna merah dengan pena seperti
yang biasa Ia lakukan setelah pulang dari setasiun.
Nur sudah mengandung
lima bulan semenjak di tinngal suaminya Ia berharap sebelum melahirkan suaminya
pulang“ sudah
Nur jangan bersedih terus suamimu itu
tak akan pulang mungkin disana dia sudah
hidup bahagia dengan wanita laian“
kata seorang tetangga yang membuat hati Nur bersedih dan kahwatir entah
kenapa tetangganya itu begitu tega berucap seperti itu. Teringat perkataan
tetanganya itu Nur ingin menelpon suaminya tetapi Ia teringat pesan suaminya
jangan telpon sebelum aku menelponmu dahulu. ia
urungkan nianya untuk melepone suaminya.
Hari-haripun Ia lewati
seorang diri memeriksakan kandunganya ke dokter sendiri untungnya
suaminya meninggalkan uang yang lumayan banyak untuk kebutuhan hidup sehari-hari istrinya
.
Perut
Nur semakin membuncit kata dokter
kira-kira minggu depan Ia akan
melahirkan Ia ingin sekali mengabarkan hal ini kepada suaminya tapi selalu teringat pesan suaminya itu. Lalu ia
mengabari hal itu kepada Ibunya. Pada malam harinya Ibunya datang kerumah untuk menjaga anaknya yang sedang hamil tua
itu“ suami mu itu pergi kemana si Nur sudah tahu istrinya hamil kok malah
ditinggal pergi” tutur ibunya. Nur hanya
bisa terdiam mendengar celoteh ibunya itu.
Seperti hari minggu
biyasanya Nur akan pergi kesetasiun
Pagi-pagi sekali Ia yakin hari minggu ini suaminya akan pulang. Pagi itu hujuna
turun Ia bayangkan wajah suaminya, senyum suaminya di bawah rintik hujan. “Mas
Fadil kapan kamu pulang aku sangat merindukanmu jangan sampai anak kita
melahirkan kau tak pulang juga” Nur
berbisk dalam hatinya.
Dari kejahun seorang
pegawe setasiun merasa iba sebab Ia tahu persis ketika Nur mengantar suaminya
kesetasiun hingga sampai saat ini suaminya belum pulang juga Ia tahu persis
kalau wanita itu akan datang kesetasiun pagi-pagi sekali pada hari minggu.
Pegawe setasiun itu pun mendoakan semoga suaminya itu cepat pulang sebelum Ia
melahirkan.
Akhirnya kerta pun datang hati Nur
berdebar-debar penuh harap semoga suaminya pulang hari ini. tapi tak Ia jumpai
wajah suaminya itu. Nur masih setia untuk menunggu suaminya pulang entah sampai
kapan. Ia masih duduk di setasiun dengan wajah sendu. Tiba-tiba Pak Rahmat
teman kerja suaminya membawa kabar buruk Ia menyampikan hal yang belum pasti
itu kepada Nur bahwa suaminya menghilang setelah bangunan peroyek yang di bangunya
roboh atas kejadian itu banya pegawe yang mengalami luka-luka bahkan ada yang
meninggal tapi semenjak kejadian itu suami mu menghilang entah dimana banyak
teman-teman sebelum kejadian itu suamimu berada di bawah bangunan yang roboh
itu.Setelah mendengar kabar itu Nur tiba-tiba tak sadarkan diri. lalu pegawe
setasiun itu memangil ambulan tak lama kemudian mobil ambulan itu datang.
Sesampainya di rumah sakit perut Nur
merasa mual yang membuatnya sadar kembali
“Ia akan melahirkan” ujar seorang perawat
.
Setelah berjuang selama
setengah jam suara tangis itu seperti penawar sakit . Maafkan Ayahmu Nak karna
tak bis menemanimu mendengar tangis pertamamu.
Sebulan kemudian dengan membawa buah
hatinya Nur mendatangi Setasiun itu berharap
suaminya akan pulang. Ia yakin suaminya itu masih ada. Dengan mengendong buah
hatinya pagi-pagi sekali Nur sudah ada di setasiun “Kereta Pagi hari ini
mengalaim kejelakaan” ujar seorang petugas setasiun. Hati Nur cemas mungkinkah
suaminya ada di kereta itu. Ia ingin sekali menelpon suaminya tapi Ia selalu
ingat pesan suaminya itu jangn telpon aku sebelum aku menelponmu.
Nur hanya berdoa semoga
suatu saat suaminya pulang. Ia langkahkan kakinya kembali
pulang. Sesampainya di rumah Nur melihat
suaminnya terlelap tidur di ruang tamu Ia pandang wajah suaminya yang sangat dirindukan wajahnya penuh senyum kemudian
mata Nur berkaca-kaca seperti sebuah rindu yang harus Ia pecahkan sendiri oleh
butiran penantianya.
.