Ahad, 25 September 2016

Setasiun Penantian || Cerpen Anang Kurniawan






Ia perhatikan rintik-rintik kecil itu yang jatuh dari atap setasiun. Pagi-pagi sekali Nur  sudah ada di setasiun. Setasiun itu seperti sebuah penantian atau rindu Ia selalu menunggu kereta pagi dari Kotabumi dimana Suaminya  pergi ke Kota itu untuk sebuah pekerjaan. Sudah dua bulan ini Nur  merasakan rindu yang teramat parah. Semenjak pernikahanya enam bulan  yang lalu suaminya selalu memberikan perhatian dan kasih sayangnya kepada Nur melebihi yang Ia harapkan. Hal itulah yang sangat Ia rindukan, tapi kenapa Ia kini pergi meninggalkanya hanya untuk sebuah pekerjaan ?

            Semenjak kepergian suaminya Nur tak pernah menelpon atau berkirim pesan singkat begitu pula dengan suaminya perihal ini sudah dijanji keduanya tak akan menghubungi lewat telpon.

Hari semakin sore Nur masih saja menunggu kepulangan suaminya entah apa yang dirasakan wanita itu memang kalau sedang rindu dengan suaminya ketika kerinduanya datang Ia akan lebih lama menunggu di setasiun duduk melamun di ruang tunggu pegawai setasiun pun sudah hafal denganya.
***
Hari ini adalah hari minggu Nur pagi-pagi sekali sudah ada di setasiun untuk menjemput suaminya sebab suaminya pernah berjanji akan pulang pada hari minggu pagi setelah peroyek kerjaanya selesai. Ia sudah tak sabar ingin perjumpa dengan suaminya.Setelah kereta Pagi datang dan orang-orang turun dari gerbong Ia memperhatikan dari pintu keluar tak dilihat suaminya. Sampai kereta berlalu suaminya pun tak datang juga.
Dengan wajah sendu Nur pun berjalan pulang. Rumanya memang tak jauh dari setasiun. Sesampainya dirumah Ia akan menandai kalender  berwarna merah dengan pena seperti yang biasa Ia lakukan setelah pulang dari setasiun.

Nur sudah mengandung lima bulan semenjak di tinngal suaminya Ia berharap sebelum melahirkan suaminya pulang“ sudah Nur  jangan bersedih terus suamimu itu tak akan pulang mungkin disana dia sudah  hidup bahagia dengan wanita laian“  kata seorang tetangga yang membuat hati Nur bersedih dan kahwatir entah kenapa tetangganya itu begitu tega berucap seperti itu. Teringat perkataan tetanganya itu Nur ingin   menelpon suaminya tetapi Ia teringat pesan suaminya jangan telpon  sebelum aku menelponmu  dahulu.  ia urungkan nianya untuk melepone suaminya.

Hari-haripun Ia lewati seorang diri memeriksakan kandunganya ke dokter sendiri untungnya suaminya meninggalkan uang yang lumayan banyak  untuk kebutuhan hidup sehari-hari istrinya
.
            Perut Nur semakin membuncit kata dokter  kira-kira minggu  depan Ia akan melahirkan Ia ingin sekali mengabarkan hal ini kepada suaminya tapi  selalu teringat pesan suaminya itu. Lalu ia mengabari hal itu kepada Ibunya. Pada malam harinya Ibunya datang kerumah  untuk menjaga anaknya yang sedang hamil tua itu“ suami mu itu pergi kemana si Nur sudah tahu istrinya hamil kok malah ditinggal pergi”  tutur ibunya. Nur hanya bisa terdiam mendengar celoteh ibunya itu.

Seperti hari minggu biyasanya  Nur akan pergi kesetasiun Pagi-pagi sekali Ia yakin hari minggu ini suaminya akan pulang. Pagi itu hujuna turun Ia bayangkan wajah suaminya, senyum suaminya di bawah rintik hujan. “Mas Fadil kapan kamu pulang aku sangat merindukanmu jangan sampai anak kita melahirkan kau tak pulang juga”  Nur berbisk dalam hatinya.

Dari kejahun seorang pegawe setasiun merasa iba sebab Ia tahu persis ketika Nur mengantar suaminya kesetasiun hingga sampai saat ini suaminya belum pulang juga Ia tahu persis kalau wanita itu akan datang kesetasiun pagi-pagi sekali pada hari minggu. Pegawe setasiun itu pun mendoakan semoga suaminya itu cepat pulang sebelum Ia melahirkan.
Akhirnya kerta pun datang hati Nur berdebar-debar penuh harap semoga suaminya pulang hari ini. tapi tak Ia jumpai wajah suaminya itu. Nur masih setia untuk menunggu suaminya pulang entah sampai kapan. Ia masih duduk di setasiun dengan wajah sendu. Tiba-tiba Pak Rahmat teman kerja suaminya membawa kabar buruk Ia menyampikan hal yang belum pasti itu kepada Nur bahwa suaminya menghilang setelah bangunan peroyek yang di bangunya roboh atas kejadian itu banya pegawe yang mengalami luka-luka bahkan ada yang meninggal tapi semenjak kejadian itu suami mu menghilang entah dimana banyak teman-teman sebelum kejadian itu suamimu berada di bawah bangunan yang roboh itu.Setelah mendengar kabar itu Nur tiba-tiba tak sadarkan diri. lalu pegawe setasiun itu memangil ambulan tak lama kemudian mobil ambulan itu datang. Sesampainya di rumah sakit  perut Nur merasa mual yang membuatnya sadar kembali  “Ia akan melahirkan” ujar seorang perawat
.
Setelah berjuang selama setengah jam suara tangis itu seperti penawar sakit . Maafkan Ayahmu Nak karna tak bis menemanimu mendengar tangis pertamamu.
Sebulan kemudian dengan membawa buah hatinya Nur  mendatangi Setasiun itu berharap suaminya akan pulang. Ia yakin suaminya itu masih ada. Dengan mengendong buah hatinya pagi-pagi sekali Nur sudah ada di setasiun “Kereta Pagi hari ini mengalaim kejelakaan” ujar seorang petugas setasiun. Hati Nur cemas mungkinkah suaminya ada di kereta itu. Ia ingin sekali menelpon suaminya tapi Ia selalu ingat pesan suaminya itu jangn telpon aku sebelum aku menelponmu.

Nur hanya berdoa semoga suatu saat suaminya pulang. Ia langkahkan kakinya kembali pulang. Sesampainya di  rumah Nur melihat suaminnya terlelap tidur di ruang tamu  Ia pandang wajah suaminya yang sangat  dirindukan wajahnya penuh senyum kemudian mata Nur berkaca-kaca seperti sebuah rindu yang harus Ia pecahkan sendiri oleh butiran penantianya.



.

Anjing-Anjing Sardi | Cerpen Anang Kurniawan




Aku sunggu menyesal apakah kebaikanku ini harus kupertanggung jawabkan di jeruji besi dengan lantai  dingin dan nyamuk-nyamuk kurang ajar yang membuat aku semakin kurus saja. Keluh sardi. Ini malam pertamanya Ia mendekam di penjara karna ulahnya setelah memergoki pencuri sepedah montor yang terparkir di masjid yang sedang ditinngal pemiliknya solat. Subuh itu Sardi sebenarnya ingin solat berjamaah di masjid akhir-akhir ini Sardi mendapat hidaya tapi kenapa ketika ia ingin tobat malah justru mendapat fitnah. Satu tahun yang lalu Sardi memang terkenal sebagai seorang yang sangat misterius di dunia permalingan. Tapi itu sudah ia tinggalkan. Ketika ia memergoi pencuri  justru sardi malah di teriaki pencurinya oleh pencuri itu.
Semenjak sardi di penjara rumahnya jadi sepi teman-temanya yang setiap malam bertamu tempat Sardi malah memper guncingkan hal itu bukanya menengok Sardi ke penjara malah saling menyalahkan.
“Jadi selama ini kopi, dan makanan yang di sajikan kepada kita untuk menemani ngobrol setiap malam  dirumahnya itu hasil dari mencuri aku gk menyangka harus mencicip makanan haram itu” ujar Ujang teman dekat Sardi
“Aku juga gk menyangka Sardi yang kita kenal baik dan ramah suka membantu orang itu ternyata si pencuri kalau dia keluar dari penjara aku tak sudik berteman  lagi dengannya”  Ujar kang Saimo
Malam itu teman-teman Sardi di pos ronda  sangat mengutuk perbuatanya. Sardi sebenarnya orang yang giat untuk jaga malam. Ternyata dia pencurinya. Anjing-Anjing Sardi malam itu melolong begitu sahdu orang yang mendengar lolonganya seperti akan merasa sedih  jika mendengar suara lolong anjing itu sepertinya ia sangat merindukan majikanya itu.
Entah sampai kapan Sardi keluar dari penjara. Untunglah ia masih di penjara bukan di masa. Nasipnya masih baik.
Setelah resah dengan maraknya pencurian sepedah montor kini warga kampung di hebohkan dengan menghilannya ayam-ayam mereka. Ada yang menyangka bahwa Sardi sudah keluar dari penjara dan kini berperopesi sebagai pencuri ayam. Mendapat laporan itu Pak Rt memastikan untuk melihat rumah Sardi apakah ia  bener-bener sudah keluar dari penjara. Rumah yang biyasanya ramai itu kini terlihat suram. Rumah itu hanya di jaga anjing-anjing Sardi. Ketika Pak Rt melangkahkan kaki di halaman rumah anjing-anjing itu melolong dengan nada sendu seolah tidak ada yang salah dengan majikanya yang baik itu.Pak Rt melihat bulu-bulu ayam di bawah pohon mangga tempat anjing-anjing itu melolong rupa-rupanya anjing-anjing itu yang telah mencuri ayam-ayam warga.

‘’Bunuh saja anjing itu” teriak Kang ujang
‘’Jangan...jangan kita akan kualat kalau membunuh anjing itu” cegah Saimo
‘’anjing-anjing itu telah membunuh ayam-ayam warga nyawa harus di bayar nyawa’’ Kang Ujang ngotot
‘’ Jangan anjing-anjing itu kelaparan karna tak ada yang ngasih makan engkau tahukan bagaiy mana Sardi memperlakukan anjing-anjingnya ia selalau memberi makan tiga kali sehari” tutur Pak Rt
‘’Benar itu kata Pak Rt bukanya dulu anjing-anjing itu yang mengagalkan pencuri sapi-sapimu  Kang “ Saimo mencoba meredam amarah Kang Ujang yang sudah geram dengan anjing-anjing Sardi yang telah melahab ayam jago kesayanganya
“Tapi kini anjing-anjing itu mencuri dan melahab ayamku Mo” sangkal Kang Ujang
‘’Sebelum anjing-anjing itu ditinggal Sardi kepenjara spertinya anjing-anjing itu tak seperti ini kau harus mengerti itu Kang yang jelas anjing-anjing Sardi itu banyak berjasa di kampung kita ini”
‘’ Sardi dan anjing-anjingnya itu pencuri kenapa masih juga dibela”
“kita selama ini belum tahu sebenarnya apakah Sardi itu memang pelaku pencurian Sepedah montor di masjdi itu” tutur kang ujang dengan nada santaiy
‘’Kalau begitu besok kita jenguk Sardi” Ajak Pak Rt
***
Pagi itu Pak Rt, Saimo dan Kang Ujang mendatangi lapas tempat Sardi di penjara. Mereka mendapat kabar bahwa Sardi sudah dua minggu keluar dari lapas karena memang ia bukan pencurinya. Tapi kenapa Sardi kok tak pulang kerumahnya. Itu yang menjadi pertanyaan mereka?
            “Sardi tak akan kembali ke rumahnya  ia mungkin merasa malu takut di kucilkan” ujar Kang Ujang dengan nada sedih
“Ketika keluar dari lapas Sardi di jemput dengan seorang kiyayi kalau saya lihat dari penampilanya” seorang penjaga lapas memberi tahu
Sardi memang sudah dua tahun tingal di kampung kita dan menempati rumah kosong itu yang semula rumah itu angker dan banyak anak-anak takut lewat depan rumah itu tapi kedatangan Sardi untuk menempati rumah itu membuat kekasak-kusukan warga tentang rumah kosong itu mereda
‘’Kita tak tahu asal-usul Sardi sanak saudaranya siapa ia hanya seorang diri datang ke kampung kita dan saya ijinkan untuk menempati rumah yang tadinya kosong itu” kata Pak Rt

***
Anjing-Anjing Sardi masih saja mencuri ayam-ayam warga dan menggigit kaki anak Pak Rt  yang membuat Pak Rt geram
‘’ Bunuh...!!! bunuh anjing-anjing itu sudah tak ada gunanya anjing-anjing itu hidup di kampung ini “ Ujar Pak Rt dengan nada marah
Malam itu warga memburu anjing-anjing Sardi tapi tak Ia temu anjing anjing itu entah kemana rimbanya sepertinya ia pergi dari kampung ini.
Bukan hanya ayam yang menjadi sasaran anjing-anjing itu kelinci ke sayangan Aanak Pak Rt raib tinggal bulu-bulu halusnya. Pagi itu juag Pak Rt dan warga memburu anjing-anjing Saridi tapi sampai sore tak ia temui keberadaan anjing itu.
Saimo sebenarnya tahu yang menggigit kaki anak Pak Rt dan mencuri ayam-ayam warga bukanlah Anjingnya Sardi melainkan Anjing penjaga rumah Pak Sentot. Orang-orang mengira selama ini anjing itu hidup enak dirumah besar. Warga tahu bahwa selama ini Pak Sentot orang paling kaya setiap pagi anjing Pak sentot di ajak jalan-jalan di ajak keslaon hewan di kasih makan enak. Tapi akhir-akhir ini anjing penjaga rumah itu di campakan setelah Pak Sentot terjerat kasus korupsi. Tapi Saimo tak ingin mengatakan hal itu kepada warga karna selama ini Ia tahu Pak Sentot banya memberi bantuan kepada warga. Pasti warga tak akan percaya.











Penantian | cerpen





Pagi ini begitu cerah suara debur ombak menyapu tepian hati yang sedang dirundung rindu, matahari pagi yang keemasan memunculkan sinar indahnya, kapal-kapal yang sedang bersandar di pelabuhan Bangkauni. Aku rindu kamu Rif. Aku masih setia menunggumu disini.
            Enam tahun  yang lalu kau pernah berjanji untuk kembali ketempat ini. Aku pun sudah berjanji kepadamu untuk mengajakmu kesuatu pulau yang indah itu pulau yang ada di selat Sunda itu memang indah di sana kau bisa saksikan burung-burung camar berterbangan di atas debur ombak, matahari terbenam, pasir yang di hempas ombak, perahu nelayan di kejahuan. Tapi entah kenapa kau menghilang. Aku tak tahu apakah engkau sudah punya pendamping atau masih setia dengan janjimu itu  yang jelas aku masih setia menunggumu entah sampaikapan.
            Aku mencoba untuk menghubungimu tapi semua akses kau tutup apa kau benar-benar telah melupakanku Rif. Aku tak pernah mengganti nomor ponselku Rif berharap kau dapat menghubungiku entah kapan.
***
Ibuku sudah kahwatir anak gadisnya menjadi perawan tua. Ibuku menjodohkanku dengan anak teman kerjanya namanya Joni. Entah kenapa aku mulai melupakanmu. Aku pun mengiyakan perjodohan itu satu bulan lagi aku dan Joni akan menikah. Mendadak perasaanku, rinduku padamu telah sirna begitu saja Rif badahal dulu aku yakin Tuhan akan mempertemukan kita lagi tapi sampai kapan Rif.
Sepertinya Joni laki-laki yang menggantikanmu Rif. Malam ini Joni mengajaku ke pelabuhan itu seperti waktu pertama Kau mengajakku ketempat itu. Aku membayangkan Joni itu kamu Rif.
‘’Zie aku mau ngomong padamu”
“ Silahkan Jon mau ngomong apa”
“ Kau tak terpaksakan menikah denganku karna perjodohan ini” tanya joni dengan nada serius
Aku hanya terdiam kutarik nafas panjang-panjang aku tatap jauh laut disana sebenarny ada keragu-raguan untuk mengatakan tidak. Tiba-tiba malam itu aku sangat merindukanmu Rif semua tentangmu terkenang kembali tapi pernikahan itu hanya tinggal satu bulan saja Rif jika kau tak menghubungiku pada mingu-mingu ini maka aku akan benar-benar melupakanmu Rif aku hanya melamun tak kujawab pertanyaan Joni.
“Zie kenapa diam” tanya joni
“Maaf Jon aku sebenarnya masih ragu” jawabku dengan nada bersalah
“Zie kalau kau ragu kenapa kau menerima lamaranku kau memang terpaksa baik Zie aku tak akan memaksamu pasti kau masih menunggu kedatangan Kekasihmu itukan yang gk jelas kemana”
Aku hanya terdiam tak menjawab pertanyaan Joni sbenarnya Joni laki-laki yang baik Ia laki-laki romantis pengertian dan penuh kasih sayang. Tapi entah ketika mengingatmu Rif aku mendadak tak suka padanya.
***
Pagi itu Ibuku memarahiku karna meragu-ragukan pernikahan yang sudah di depan mata semua undangan sudah di sebar, baju pengantin sudah disiapkan semua macem tetek bengenk sudah di pesan untuk hari sakral itu tapi entah kenapa Aku selalu mengingatmu Rif dan berharap lagi Engkau lah yang bersanding denganku di kursi itu.
“Zie kau ini kenapa ? kau akan membatalkan pernikahan ini hanya demi menunggu Kekasihmu yang entah kemana sadar Zie mungkin Dia disana sudah punya istri hidup bahagi apa yang kau tungu dari nya” Ibu memarahiku karna aku tak siap dengan pernikahan itu
“Maafkan Zie Bu”
“ya sudah terserahkamu tapi inget Zie pernikahan tinggal di depan mata semua undangn sudah disebar kau mau memalukan Ibu dan  kelauargamu”
Aku pun meras bersalah dengan berat hati keragu-raguan itu aku hapus aku yakinkan akan hidup bahagia dengan Joni. Aku juga tak mungkin membatalkan pernikahan itu. Aku mencoba untu tersenyum. Aku sangat yakin Jodoh, kematian, rejeki, semua sudah diatur Tuhan.
Di hari-hari menjelang pernikahan itu mendadak aku teringat janjimu Rif Kau akan datang ke Kotaku diakhir tahun dan itu tepat di hari pernikahanku, tapi semuanya sudah terlambat sia-sia kalau Kau memang akan datang dan menempati janjimu itu.
Malam ini henpon ku berdering kulihat ada pangilan masuk dengan nomor baru lalu kuangkat telfon itu
 “Temui Aku di pelabuhan malam ini di tempat waktu kita bertemu dulu”
 mendadak Aku bingung perasaanku tak karuan itu suara Arif tak sempat kujawab. mendadat telpon dimatikan. Aku pun bergegas menemu Arif di pelabuhan itu aku sangat merindukanya
Sesampainya di pelabuhan aku celinguan mencari Arif kemana Ia gerangan Aku berjalan menyusur pelabuhan ketempat waktu pertama Kami bertemu. Aku melihat laki-laki tinggi dengan rambut gonderong yang di biarkanya terurai itu Arif.
“Arif ...” pangilku
‘’Zei.. kemari..!!’’ pangilnya
Lalu aku duduk di sampingnya menatatp ombak selat Sunda merasakan desir angin yang dingin kapal-kapal yang melintas kerlip lampu-lampu semua melebur membunuh rindu. Kita pun saling pandang.
“Zie Aku sangat rindu padamu” Ia menatapku dengan sunyum indahnya dan sorot matanya yang benar-benar menyimpan kerinduan
“Aku juga Rif aku tak menyangka” aku terdiam tak kulanjutkan kata-kataku itu karna teringat pernikahanku dengan Joni tinggal menghitung hari

“Tak menyangka apa Zie” tanya Arif dengan penasaran
Aku hanya terdiam entah perasaanku benar-benar kacau
‘’ kenapa diam Zie Kau sekarang banyak berubah tak seperti Zie yang dulu ada apa katakan saja”
Sejenak kami saling diam hanya debur ombak dan suara angin yang memecah keheningan. Aku mencoba mengatakan tentang semuanya tentang pernikahanku dengan Joni. Mendadak Arif menagih janjinya.
‘’ Zie Aku kan sudah menempati janji akan kembali ke Kotamu katanya Kau akan mengajaku ke pula yang indah itu”
“ Apakah janji itu harus ditepati jika semuanya telah berubah”
‘’ Maksudmu aku berubah’’
“Kenapa disaat aku merindukanmu kau tak dapat dihubungi nomor henponmu tak aktif semua jejaring sosialmu Kau tutup”
‘’Apakah dengan begitu cintaku berbuah Zie aku sengaja menutup semua karena Aku yakin kau setiya padaku”
“Tapi semuanya sudah telat Rif aku akan menikah dan itu tinggal beberapa hari lagi”
Arif menundukan kepada Ia meneteskan air mata ia mencoba menutupi kesedihanya itu dengan senyuman
‘’ Jadi  sudah tak ada lagi harapan di belabuhan ini di kota ini Aku tak menyangka Zie kau berhianat’’
‘’Aku tak berhianat Rif tapi takdir yang berhianat aku dijodohkan dengan anak teman kerjanya Ibuku karna melihat umurku yang sudah pantas untuk menikah dan aku benar-benar tak bisa menolak perjodohan itu aku sangka kau pun begitu sudah melupakanku bayangkan Rif enam tahun aku menunngumu”
“Aku kan pernah berjanji akan datang kembali ke Kotamu setelah enam tahun”
Malam itu aku menghabiskan pertemuan yang seharurnya menjadi pelipur rinduh malah menjadi perdebatan dan kekecewaan. aku pun sudah ikhlas jikalau harus menikah dengan Joni kalu ini memang benar-benar sudah menjadi takdirku penantian tiada gunai ini hanya akan menyia-nyakan waktu yang begitu berharga.
**
Pagi ini Arif menghubungiku tapi tak kuangkat telpon darinya karna Aku harus istirahat untuk hari pernikahanku. Arif mengirimkan pesan singkat “ Zie maafkan Aku karna telah membuatmu menunggu sebenarnya dua orang tuaku ada di Kotamu mereka sengaja aku ajak untuk melamarmu tapi setelah kejujuranmu pada malam itu rencanaku itu gagal ini semua karna kesalahanku karena menutup semua akses hingga kita jarang komunikasi, jika Kau merindukanku datanglah  ke Kotaku “
Pesan dari Arif itu hanya menambah luka dan kebencian ini aku harus ikhlas aku tak mungkin mengecewakan Ibuku, Joni dan keluarganya aku bisa saja membatalkan pernikahan ini dan Arif yang akan mengantinya tapi aku yakin Ia akan melnolaknya.
Arif kembali mengirim pesan singkat yang mengisikan isi hatinya “ Aku mampus dikoyak-koyak sepi seperti  tak ada wanti lagi di dunia ini selain dirimu tapi sayang aku harus melupakanmu”
Tak kubalas pesan singat Arif karena Aku tak mau memperpanjang msalah ini biarkan Dia mendapat wanita lain yang lebih setia.
***
Sore yang cera sepertinya hatiku sudah mulai pulih kembai dan kenangan-kengan bersam Arif telah aku kubur dalam-dalam. Aku sudah tak sabar menunggu hari pernikahan itu yang tinggal satu hari lagi. Entah kenapa ibuku berurai airmata meminta Maaf padaku
“Zie maafkan Ibu karena telah menjodohkanmu dengan laki-laki pencuri dan pemakai narkoba”
Mendengar perkataan Ibu mendadak pikiranku kacau mataku berkunang-kunang tubuhku rubuh ke lantai satu jam aku tak sadarkan diri. Ketika sadar hatiku tak bisa terima kenapa ketika hatiku sudah ikhlas menerima perjodohan itu semunya menjadi kacau.
Malam ini aku mendatangi pelabuhan itu dan menatap jauh kepulau seberang suatu hari nanti Aku akan mencarimu Rif aku yang akan menjemputmu.

Bedul Bertutur



Dengan seiringnya waktu berubahan itu adalah sebuah fitrah dari Sd sampai Sma tentu ukuran tubuh seseorang akan berubah akan lebih tinggi begitu juga dengan cara berpikirnya. Tapi entah kenapa hal itu tidak terjadi  dengan desa Kemala. perubahan itu jauh melenceng dari koredor yang diinginkan ke arah moderen yang masih menjunjung nilai-nilai kebudayaan leluhur—kebudayaan leluhur itu selalu diselipi dengan kebudayaan moderen yang justru mengacaukan ke indahan kebudayaan yang telah lama ada di desa Kemala.

            Malam itu Bedul dan kawan-kawanya merasa heran dengan perubahan itu. Kang Cotet membawa tema pembicaraan tentang kebudayaan hingga pembicaraan di Gardu melenceng ngalur ngidul tanpa jelas. Apa yang bisa di lakukan oleh pemuda-pemuda cecenguk seperti mereka hanya bisa melampiaskanya dengan oberolan tanpa solusi yang tak pasti

“Desa  kita sedang mengalami peralihan kebudayaan kita harus waspada”  Ujar Kang Cotet 
“Kebudayaan apa wong Desa kita ini aman-aman saja ngapain harus diwaspadain” sangkal Bedul dengan nada santaiy
“Kau tak melihat Dul... kebudayaan leluhur kita sedang di masuki dengan kebudayaan moderen yang menyimpang”
“Gawattttt apa yang bisa kita lakukan”
“Tentu saja sangat sulit untuk mengeluarkan hal itu estetika kebudayaan kita sudah tercemari begitu parah” jelas kang Cotet
sek-sek mengko disek” Bedul terdiam seolah-olah sedang berpikir matanya menatap tajam ke arah segelas kopi di depanya. Semua hening hanya suara jangkrik dan desir angin malam yang melintas di Gardu. Tiba-tiba Bedul berkotbah tanpa dikomando dia menceritakan semua seluk beluk dan permasalahan yang ada di desa Kemala.
            “Jadi begini  saudara-saudara kita tidak bisa menuduh sembarang harus diambil dari akar permasalahan kebudayaan mana yang akan merusak estetika kebuayaan leluhur kita. Bukankah kebudayaan di desa Kemala ini tidak ceto mana yang disebut budaya dan mana yang disebut sekedar hobi pengisi waktu luang saya kira bukan di situ permasalahannya tetapi berada disistem ekonomi,,,,, iya perekonomian kita sedang amberuk harga peroduksi pertanian kita tidak ada harganya semenjak peralihan kepemimpinan. Karet, singkong dan hasil-hasil dari Desa kita ini tak ada harganya di pasaran sehingga perubahan itu nampak seperti kebudayaan baru “ Bedul terdiam sejenak ia mengira-ira perkatanaya dapat diserap oleh kawan-kawanya tidak tiba-tiba Cotet mengambil alih pembicaraan itu.
            “Jadi begini saudara-saudar kita tak perlu kahwatir soal per-ekonomian yang di sebut-sebut Bedul tadi permasalahanya bukan disitu. Saya kira kita sedang dalam perubahan revolusi dengan menyelipkan simbol-simbol kebudayaan baru tanpa kita sadari”
“Cukkkk Jnacuk Asuuu sampean-sampean itu ngomong apa sok berpolitik sok berbudaya yang kalian maksud budaya itu apa? jenis kebudayan seperti apa dan contoh peraktik kebudayaan yang ada di desa Kemal itu seperti apa cobak seampean jelaskan” tanya Saimen dengan nada lantang
Bedul dan Cotet saling bertatap muka melongo otak nya seperti tak ada isi tapi tidak untuk Bedul.
“Gini embah contoh kecilnya saja tiap kali ada pentas kuda kepang pasti di sela-sela pentas itu ada kebudayaan yang tidak patut untuk mengiringi jalanya pentas kuda kepang itu” tutur Bedul
“Dul bedul kalu ngomng itu yang jelas maksut kamu opo?”
“Judi dadu”  
“itu contoh kecil saja bahwa hukum di negara ini masih tebang pilih dan oknum bermain di belakangnya “ tutrur Cotet
“halah sampean itu bukanya waktu ada pentas wayang kulit di bale desa kitu bermain dengan apa yang kalian sebut-sebut tidak pantas itu jadi orang itu yo embok mikir ”
“Kami hanya ikut arus men  karena arus terlalu kencang ”
“Kebudayaan moderen tidak mempengaruhi anak-anak mudah malah justru oarang-orang tua yang tak bertangung jawab menghancurkan estetika budaya dengan menciptakan simbol kebudayaan hal itu tentunya sebuah pelarian dari ke butekan masayarakat desa Kemala”
“Jadi solusinya bagaimana Min”  tanya Bedul
“Solusinya kembali ke perekonomian tahun-tahun ini memang perkonomian Desa mengalami kemerosotan”
“apa yang menyebabkan ekonomi desa kita ini mengalami ke merosotan ? ”  tanya Bedul
“Karna masarakat kita hanya mengandalkan ekonomi jangkau pendek sedangkan perekonomian jangkau panjang tak pernah di canangkan sekarang ini masarakat kita banyak mengalami kedaberukan terbelit hutang Bank usahanya bangkerut malah terlilit utang”
“Katak Pak Guru Suketi yang paling bertahan di masarakat kita adalah orang-orang yang masih berternak sapi. entah kita dapat lihat masarakt yang punya sapi pasti ekonominya maju”

"maskut kamu maju dalam hal apa"

"dalam hal bertani dang mengolah teletong sapi"